PR Besar, Bungo Masih Dikejar Inflasi - Berita - Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi

Layanan Permintaan Data BPS Provinsi Jambi dapat diakses melalui chat center whatsapp 0811 7434 292 dan Saran dan pengaduan dapat disampaikan melalui email pengaduan1500@bps.go.id Terima kasih

Bagi para pengguna data BPS, yuukk berpartisipasi pada Survei Kebutuhan Data melalui link berikut http://s.bps.go.id/SKDJambi2025 Jawaban Anda sangat membantu untuk meningkatkan kualitas pelayanan kami. Terima kasih.

PR Besar, Bungo Masih Dikejar Inflasi

PR Besar, Bungo Masih Dikejar Inflasi

5 Agustus 2022 | Kegiatan Statistik Lainnya


“Uang belanja lima ratus ribu gak cukup lagi buat seminggu pak..” keluh seorang ibu rumah tangga. Harga minyak goreng belum sepenuhnya turun, ditambah lagi harga kebutuhan pokok lain seperti telur, daging ayam, cabai dan bawang merah yg seolah tak mau ketinggalan ikut meroket. Belum lama ini Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka inflasi Kabupaten Bungo bulan Juli 2022 mencapai 1,05 persen. Angka ini sempat menurun dari bulan sebelumnya yang sempat 1,43 persen ketika bertepatan dengan momen Idul Adha. Hal ini seolah-olah menjadi peringatan, bahwa jalan terjal melawan dampak Pandemi Covid-19 masih belum sepenuhnya berakhir. Kondisi pasca transisi ini masih menyisakan banyak pekerjaan rumah bagi pemerintah baik di pusat maupun di daerah. Tak terkecuali dengan Kabupaten Bungo, disaat pemerintah sedang berjibaku membenahi sektor ekonomi yang sempat terganggu selama pandemi, pemerintah masih harus disibukkan dengan urusan pengendalian terhadap harga bahan pokok yang masih cukup mencekik.

Apa itu inflasi?

Secara umum, Inflasi adalah suatu keadaan di mana terjadi kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Penyebab inflasi karena banyak faktor, menurut laman resmi Kementrian Keuangan setidaknya ada enam faktor penyebab inflasi di antaranya yaitu permintaan yang tinggi terhadap suatu barang atau jasa sehingga membuat harga barang atau jasa tersebut mengalami kenaikan. Penyebab inflasi lainya yaitu adanya peningkatan biaya produksi, bertambahnya uang yang beredar masyarakat, serta ketidak seimbangan antara permintaan dan penawaran. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pandemi Covid-19 telah mengganggu pola inflasi di Indonesia. Dari awal Januari hingga Juli 2022, pergerakan Inflasi pasca pandemi bukannya mengalami penurunan, akan tetapi justru cenderung mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena tinggi nya harga beberapa komoditi kebutuhan pokok bagi masyarakat seperti daging ayam, daging sapi, cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras dan bawang merah. Belum selesai urusan minyak goreng yang harganya masih cukup tinggi, disusul harga cabai dan bawang merah yang tak mau ketinggalan ikut meroket, para ibu rumah tangga masih harus menyisihkan sebagian uang belanja untuk membeli tabung gas dan Bahan Bakar kendaraan yang kini tak lagi mendapat subsidi. Sampai Akhir juli tercatat harga cabai merah pernah mencapai angka 150 ribu, harga bawang merah 60 ribu serta harga telur ayam ras kualitas sedang berkisar antara 1.900-2.000 rupiah per butir di pasar bungur Kabupaten Bungo. Sementara untuk urusan dapur, kebutuhan akan cabai merah serta bawang merah masih cukup memegang peranan yang cukup tinggi, ditambah lagi dengan konsumsi telur sebagai sumber protein yang cukup terjangkau bagi masyarakat golongan menengah kebawah. Hal ini tentu menjadi suatu keadaan yang sangat berat bagi masyarakat, terutama yang bagi mereka yang memiliki pendapatan rendah dan pendapatan tetap yang paling merasakan imbasnya. Berdasarkan data BPS Kabupaten Bungo, jumlah penduduk miskin sampai dengan Tahun 2021 sebesar 23,64 ribu jiwa dengan persentase kemiskinan 6,23 persen. Jumlah ini mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya (2020) jumlah penduduk miskin Kabupaten Bungo 22,07 ribu jiwa dengan persentase kemiskinan sebesar 5,80 persen. Dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) sebesar 0,92.

Tindak Lanjut

Menyikapi situasi ini pemerintah kabupaten bungo bersama TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) dan pihak-pihak terkait seharusnya segera mengambil langkah dan kebijakan yang jitu dan tepat guna mengatasi dampak inflasi agar tidak semakin meluas. Pemerintah bisa menekan laju dari inflasi dengan melakukan beberapa cara di antaranya adalah efisiensi sistem perdagangan, pengendalian harga dan stok dengan menggelar pasar murah di beberapa titik pasar, serta inspeksi mendadak ke sejumlah pasar maupun jaringan distribusi barang untuk mengantisipasi adanya penimbunan makanan , khususnya untuk jenis bahan makanan pokok yang paling tinggi permintaannya di Kabupaten Bungo. Kebijakan Fiskal yang lain juga bisa dilakukan seperti menambah hasil produksi pertanian dengan menggandeng para petani untuk lebih giat menanam komoditas pangan yang utama bagi masyarakat. Mempermudah arus masuknya komoditas utama yang dibutuhkan masyarakat dari kabupaten – kabupaten penyangga, menstabilkan pendapatan masyarakat terutama bagi mereka yang berpenghasilan tetap maupun para pekerja pertanian yang pendapatannya sangat tergantung pada harga jual hasil produksi pertanian. Menetapkan harga maksimum terhadap bahan pokok yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap distribusi barang, karena jika permintaan yang besar tidak diimbangi dengan jumlah barang yang tersedia, hal tersebut juga berpengaruh terhadap harga barang dan berpengaruh juga pada angka Inflasi daerah. Pada akhirnya, pilihan ini tergantung pada arah kebijakan dari pemerintah daerah saat ini, semakin cepat pemeritah daerah mengambil kebijakan terkait pengendalian laju inflasi, maka akan semakin cepat dilema kenaikan harga ini akan segera terselesaikan. Gebrakan besar dari pemerintah daerah ini tentu sangat dinanti oleh masyarakat bungo, yang mulai merasa resah dengan semua permasalahan kenaikan harga ini.

Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi

(Statistics of Jambi Province)

 Jl.A. Yani No.4 Telanaipura Jambi

 Indonesia

Telp (62-741) 60497 Mailbox : bps1500@bps.go.id

logo_footer

Hak Cipta © 2023 Badan Pusat Statistik